TEST VDRL
(Veneral Disease Research Laboratory)
Oleh :
Pangesti Sekar Ayuningtyas
Semester IV / 112020
Akademi Analis Kesehatan Theresiana
Semarang
2014
DAFTAR
ISI........................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
.....................................................................4
2.1 Test
VDRL.................................................................................4
2.2 Tujuan
Test VDRL.....................................................................4
2.3 Metode dan
Prinsip.....................................................................4
2.4 Alat dan
Bahan............................................................................4
2.5 Prosedur
Kerja.............................................................................5
BAB III PENUTUP
...............................................................................8
3.1
Kesimpulan..................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
Sifilis
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema pallidum yang
menyerang manusia. Nama lain dari sifilis penyakit raja singa. Penyakit ini
mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dapat
menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam-macam penyakit, mempunyai
masa laten, dapat kambuh kembali (rekuren), dan dapat ditularkan dari ibu ke
janinnya sehingga menimbulkan sifilis kongenital. Selain melalui ibu ke
janinnya dan melalui hubungan seksual, sifilis bisa juga ditularkan melalui
luka, transfusi dan jarum suntik .
Diagnosis serologis biasanya memakan waktu enam minggu,
dimana pada keadaan ini uji flokulasi seperti reaksi Wasserman atau VDRL akan positif. Karena banyak
penyakit misalnya patek dapat memberikan reaksi Wasserman yang positif, maka
disiapkan suatu uji imobilisasi Treponema pallidum (TPI).
Berdasarkan cara penularannya, sifilis
dibagi menjadi 2 macam:
1. Sifilis Kongenital
(Bawaan)
Sifilis dapat
ditularkan oleh ibu pada janinnya saat persalinan, namun sebagian besar kasus
sifilis kongenital merupakan akibat penularan in utero.
2. Sifilis Akuisita (didapat)
2. Sifilis Akuisita (didapat)
Sifilis yang ditularkan
melalui hubungan seksual, luka, transfusi darah dan jarum suntik.
Infeksi oleh Treponema
pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
1. Stadium
Primer
Terbentuk Chancre pada tempat infeksi sekitar 3 minggu setelah infeksi yang berukuran beberapa mm sampai 2 cm. Chancre ini bersifat soliter, nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia, mulut dan anus (Wilson, 2001).
Kebanyakan chancre muncul pada penis, anus, dan rektum pada pria, sedangkan pada wanita pada vulva, leher rahim dan antara vagina dan anus (perineum). Selain itu dapat terbentuk di bibir, tangan, atau mata. Luka di vagina dan anus mungkin tak terdeteksi kecuali jika dilihat oleh seorang dokter.
Terbentuk Chancre pada tempat infeksi sekitar 3 minggu setelah infeksi yang berukuran beberapa mm sampai 2 cm. Chancre ini bersifat soliter, nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia, mulut dan anus (Wilson, 2001).
Kebanyakan chancre muncul pada penis, anus, dan rektum pada pria, sedangkan pada wanita pada vulva, leher rahim dan antara vagina dan anus (perineum). Selain itu dapat terbentuk di bibir, tangan, atau mata. Luka di vagina dan anus mungkin tak terdeteksi kecuali jika dilihat oleh seorang dokter.
2.
Stadium Sekunder
Gejala klinis pada stadium ini biasanya terjadi 6 minggu setelah pecahnya Chancre atau selambat-lambatnya 6 bulan setelah infeksi. Penderita sering mengalami demam.Semua jaringan tubuh dapat diserang terutama kulit dan selaput lendir. Kulit dapat mengalami kelainan yang tidak gatal berupa makula, papula, pustula (Wilson, 2001).
Gejala klinis pada stadium ini biasanya terjadi 6 minggu setelah pecahnya Chancre atau selambat-lambatnya 6 bulan setelah infeksi. Penderita sering mengalami demam.Semua jaringan tubuh dapat diserang terutama kulit dan selaput lendir. Kulit dapat mengalami kelainan yang tidak gatal berupa makula, papula, pustula (Wilson, 2001).
3. Stadium Laten
Pada stadium ini disebut fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala-gejala klinik sifilis sekunder dan tersier ini berlangsung antara beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Bakteri tetap aktif dalam kelenjar getah bening dan limpa. Stadium ini bisa bertahan 3-30 tahun dan mungkin tidak berlanjut ke sifilis tersier. Sekitar 30% dari orang yang terinfeksi bertahan dalam keadaan laten.
Pada stadium ini disebut fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala-gejala klinik sifilis sekunder dan tersier ini berlangsung antara beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Bakteri tetap aktif dalam kelenjar getah bening dan limpa. Stadium ini bisa bertahan 3-30 tahun dan mungkin tidak berlanjut ke sifilis tersier. Sekitar 30% dari orang yang terinfeksi bertahan dalam keadaan laten.
4. Stadium Tersier
Stadium tersier dapat terjadi bertahun-tahun setelah gejala-gejala sifilis sekunder menghilang. Muncul kelainan-kelainan yang terjadi akibat reaksi alergi. Kelainan yang terjadi berupa rusaknya organ dalam seperti otak, syaraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian.
Stadium tersier dapat terjadi bertahun-tahun setelah gejala-gejala sifilis sekunder menghilang. Muncul kelainan-kelainan yang terjadi akibat reaksi alergi. Kelainan yang terjadi berupa rusaknya organ dalam seperti otak, syaraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TEST VDRL
Pada
dasarnya Test VDRL hanya digunakan untuk skrining test saja, atau pemeriksaan
yang digunakan untuk mengetahui adanya kuman penyebab sipilis pada tahap awal. VDRL merupakan pemeriksaan sipilis
yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif.
2.2 Tujuan
Test VDRL
Untuk mendeteksi adanya antibody non-Treponema (Reagin).
2.3 Metode dan Prinsip
Flokulasi : Pada penderita sifilis akan terbentuk antibody
yang terjadi sebagai reaksi terhadap bahan-bahan
yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel antibody tersebut disebut reagin. Reagin dalam serum penderita akan berflokulasi bila
ditambahkan kardiolipin yaitu antigen
yang berasal dari ekstraksi hati sapi.
2.4 Alat dan Bahan
Alat:
- Slide VDRL - Mikropipet
- Rak Tabung - Tabung Serologi
- Pengaduk - Rotator
Bahan:
- Serum darah atau Cairan otak
-
Antigen VDRL
- Kontrol (+) dan kontrol (-)
- NaCl 0,85%
2.5 Prosedur
Kerja
l Persiapan Sampel
- Serum yang jernih dipanaskan dulu dalam
penangas air pada suhu 56 °C selama 30 menit, jangan memakai serum yang keruh
atau hemolisis.
- Pemanasan serum perlu diulang pada 56 °C selama
10 menit bila pemeriksaan dilakukan lebih dari 4 jam setelah pemanasan yang
pertama.
- Pemeriksaan dilakukan bila suhu serum sudah
sama dengan suhu kamar (23-29 °C).
l Kontrol (+) dan Kontrol (-)
-
Dipipet masing masing
kontrol (+) / (-) sebanyak 50 ul diletakkan diatas slide VDRL.
-
Masing masing
ditambahkan 20 ul VDRL karbon.
-
Diaduk hingga homogen
selama 10 detik, kemudian dirotator 100 rpm selama 8 menit.
-
Diamati ada tidaknya
flokulasi :
·
Kontrol (+) : Terjadi flokulasi
·
Kontrol (-) : Tidak terjadi flokulasi
l Kualitatif
-
Dipipet sampel sebanyak
50 ul diletakkan diatas slide VDRL.
-
Ditambah 20 ul VDRL
karbon.
-
Diaduk hingga homogen
selama 10 detik, kemudian dirotator 100 rpm selama 8 menit.
-
Diamati ada tidaknya
flokulasi :
·
Negatif : Tidak terjadi flokulasi &
partikel tetap homogen.
·
Positif 1 : Terjadi flokulasi kecil kecil berwarna
hitam.
·
Positif 2 : Terjadi flokulasi sedang dan merata.
·
Positif 3 : Terjadi flokulasi besar besar dan
menggumpal.
l Kuantitatif
-
Disiapkan rak tabung
beserta 4 buah tabung reaksi dan diberi tanda :
Tabung
1 : 1/2
Tabung
2 : 1/4
Tabung
3 : 1/8
Tabung
4 : 1/16
-
Masing masing diisi
NaCl 0,85% sebanyak 100 ul
-
Dipipet serum yang (+)
sebanyak 100 ul dimasukkan kedalam tabung 1, homogenkan.
-
Dari tabung 1 dipipet
100 ul dimasukkan dalam tabung 2, homogenkan. Dan sampai tabung 4.
-
Dari masing masing
pengenceran dipipet sebanyak 50 ul diletakkan diatas slide VDRL.
-
Ditambah 20 ul VDRL
karbon, diaduk hingga homogen
selama 10 detik, kemudian dirotator 100 rpm selama 8 menit.
-
Diamati ada tidaknya
flokulasi.
ü Interpretasi hasil
Titer = pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan flokulasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pemeriksaan
serologi tidak spesifik yang digunaan untuk tujuan skrining, terdiri dari dua
tipe, yakni komplemen dan flokulasi. Hasil pemeriksaan VDRL positif baru dapat
dilihat pada hari ke-10 sampai ke-90 setelah infeksi.
Test penyaring ini mudah dilakukan dan biaya nya tidak mahal.
Pemeriksaan
spesifik adanya antigen treponema lebih mahal dan digunaan untuk diagnosis
banding. Penisilin lebih dipilih untuk pengobatan sifilis. Pada individu yang
alergi terhadap penisilin., pilihan lain mencakup tetrasiklin atau doksisiklin,
eritromisin dan seftriakson.
DAFTAR PUSTAKA
Panduan praktikum
imunserologi 1.AAKTheresiana.Semarang.2014
http://akbidbhaktiindonesiabogor.blogspot.com/2011/10/makalah-sifilis.html (diakses pada 25 Mei 2014 )
(diakses pada 25 Mei 2014)
http://analisqmateri.blogspot.com/2010/09/pemeriksaan-vdrl.html (diakses pada 29 Mei 2014)
Live Casino (H2H) - Jordan's Arabia23 Retro
BalasHapusThe casino features a collection of casino best air jordan 18 retro red suede slots, 화이트 벳 poker, roulette and jordan 18 white royal blue good site live jordan 18 white royal blue super dealer games. All from your desktop. Download the H2H client where to order air jordan 18 retro red suede for free.